Sunday, March 13, 2011

Shangri-La …. Part I

Tahun 1996 aku di terima bekerja di  hotel Shangri-La  -  Jakarta.  Pada saat orientation aku dijelasin tentang apa itu Shangri-La.  Shangri-La (Chinese: Xianggelila) adalah nama tempat di China, yang menjadi popular setelah seorang penulis novel dari Inggris bernama James Hilton menulis novel  dengan judul “Lost Horizon“ di tahun 1933. Buku ini menceritakan seorang veteran diplomat dari Inggris bernama Hugh Conway yang menemukan kedamain batin … inner peace, love, and a sense of purpose in Shangri-La, whose inhabitants enjoy unheard-of longevity. 
Novel ini begitu popular pada masanya, 2 buah film juga telah di buat berdasarkan kisah dari Novel tersebut.  Pada tahun 1937 film dengan judul yang sama di buat dengan sutradara Frank Capra, dan pada tahun 1973 di daur ulang oleh sutradara Charles Jarrott.  Sayang nya saat di buat musical untuk konsumsi Broadway pada tahun 1955 dengan judul Shangri-La kurang mendapat sambutan.  Saking populernya US President Franklin D. Roosevelt  menyebut Camp David (Presidential Hideaway) di Maryland sebagai Shangri-La.  Maka tak heran kalau nama ini di pakai sebagai nama hotel Shangri-La.  Dan novel ini menjadi semacam bible nya hotel Shangri-La, di setiap kamar di hotel Shangri-La di seluruh dunia selalu tersedia novel ini.  Sesuai judulnya Lost Horizon, kamu akan got lost  atau terhanyut dengan alur ceritanya.
Coincidently bulan Juni tahun lalu adalah saat pertama kalinya aku menginjakan kakiku di Shangri-La.  Sungguh satu pengalaman yang tak terduga.  Aku di undang untuk face to face interview dengan hotel tempatku kerja sekarang.  Setelah sebelumnya melewati interview lewat skype & MSN.  Akhirnya mereka mengundangku untuk datang dan melihat suasana Shangri-La sebelum aku memutuskan untuk kerja dengan mereka.  Undangan mereka pun aku sambut dengan suka cita, apalagi mereka membayar semua biaya perjalanan & penginapanku.
Shangri-La kota kecil yang di kelilingi bukit bukit dan 4 gunung salju abadi di setiap penjuru mata anginya.  Suasana kota sudah sedikit modern, ada begitu banyak supermarket & toko-toko di sepanjang jalan utamanya.  Jalananya pun ramai dengan banyaknya kendaraan roda empat dan taxi. Kendaraan roda 2 justru jarang terlihat.
Shangri-La letaknya kurang lebih 2,700 km dari permukaan laut.  Jadi kalau berniat untuk datang ke Shangri-La, mesti bersiap siap sama Altitude Sickness.   Karena pasokan oxygen sedikit membuat kita mudah capai dan tersengal sengal dalam bernafas.  Aku pun di anjurkan untuk slow down dan mengatur nafas dengan baik. Dan nggak Cuma lack of oxygen saja yang membuat kita cepat lelah, tapi juga gangguan pusing seperti hangover yang biasa kita alami kalau kebanyakan minum miras (minuman keras).  Dan aku pun di anjurkan untuk menkonsumsi obat kusus untuk high altitude.  Atau bisa juga minum Diamox (Acetazolamide) atau Dexamethasone (a steroid). Jadi boleh di bilang sedikit ribet untuk datang ke Shangri-La, di samping kita mesti memikirkan  biaya, kita juga mesti mepersipkan fisik kita sebaik baiknya.  Bahkan untuk seorang yang sangat fit sekalipun bisa terserang sama penyakit ketinggian ini. Dan yang pasti kita mesti mengecek cuaca sebelum datang ke tempat ini.  Jangan sampai salah costume, karena meskipun musim panas, langit biru cerah & matahari bersinar dengan teriknya, udara Shangri-La tetap dingin, apalagi untuk ukuran kita yang terbiasa dengan udara trophies. 

To be continue ……

No comments:

Post a Comment